Membuncah….
Seakan menggigil menahannya
Kian berkeping dan terburai sempurna
Seakan tiada artinya
Semua menjadi sia-sia belaka

Berasa petir menerimanya
Seakan hati terkhianati diluar sana
Dunia luar yang penuh menantang dan mempesona
Dunia nyata berasa monoton
Bak rutinitas yang menjenuhkan

Andaikan semua berbalik
Akan kah semua sama
Akankah terpikirkan
Kebahagiaan yang tercipta berasa semu
Selalu dan selalu terkoyak hati ini
Bahagia hanya itu diharapankan

Tapi apa yang ada
Bahagia diatas semu tercipta
Hanya ingin tertawa
Hanya merasa melunasi tanggungjawab yang tercipta
Tapi hati terkukung melayang nun jauh disana
Berasa hampa
Tapi berisi diluar sana

Adakah sedikit saja rasa untuk dijaga
Ini hati lunak yang dicipta Yang Maha Kuasa
Bukan besi yang keras untuk selalu menahan rasa sakit
Coba pahami sejenak, resapi sesaat
Bukan hanya ego yang di besarkan untuk menutup kesalahan difana

Selalu itu terucap
Besar ego, sebesar cita-cita yang selalu mempesona diluar sana
Seakan kita adalah kepingan terumbu karang yang patut diterjal ombak
Yang akan hancur perlahan tapi pasti
Itukah harapan kalian
Tapi bukan harapanku
Ini tentang laraku, Tentang lara semesta

Apa mau mu?
Dan apa dosaku
Kesempurnaan hanya milik Allah
Tak akan kau dapatkan itu di manusia
Mereka hanyalah mahkluk sombong yang kurang rasa syukur
Kurang arti terima kasih dengan apa yang di miliki

Sempurnakah?
Jawabku tidak, dan juga dengan kalian,
Aku tidak pernah menuntut banyak
Akhirat yang inginku jalani dengan khusuk
Memahami hati yang merasa rajuk
Menanggapi rasa hangat yang ada
Bukan rasa sakit terus menerus diredam
Bukan selalu sibuk menata hati

Sedikit pahamilah tentang lara semsta ini
Jangan menganggap semua salah sepihak
Jangan selalu menutupi kesalahan dengan menuding
Rasa sakit yang tercipta
Biasakan mendengar keluh kesah

Ajarilah segala dengan kebenaran NYA
Bagaimana menuju akhirat NYA
Fokuskanlah untuk bersama
Mengertilah tentang lara ini
Semua akan merasakan yang sama

Pahamilah tentang lara semesta ini Ia hanya butuh sentuhan Kasih sayang dari manusianya Karena Ia patut mendapatkannya Layaknya seperti Kita

6 replies
  1. www.derisafriani.com
    www.derisafriani.com says:

    Kalau aku memaknainya, puisi ini berisi perasaan jenuh dengan keadaan. Merasa kesal dengan orang yang berkata kasar dan tak mempertimbangkan perasaan orang lain. Bisa tentang suami, teman kerja, atau orang terdekat (keluarga). Ya gak sih?

    Reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *